Tak berlebihan kiranya bahwa
Kartini telah mempelopori sebuah kesadaran identitas diri yang merupakan dasar
nasionalisme, tidak berdasarkan identitas etnik tertentu karena cenderung
permanen dan dekat sekali dengan esensialisme. Kartini telah mendahului pemikiran
kaum nasionalis di Indonesia yang tidak berdasarkan atas identitas biologis
(entis atau rasial) maupun identitas budaya yang dianggap abadi. Kartini
bekerja tidak hanya untuk kepuasan dirinya namun juga memberikan dirinya kepada
masyarakat luas, bekerja untuk kebaikan sesamanya dan tak ingin apapun kecuali
mengabdikan diri secara utuh untuk melakukan hal-hal seperti yang telah
dilakukan kaum perempuan lainnya. Sekaligus tak hanya datang dari luar, dari
mereka yang sudah beradab, tapi bahwa ada sesuatu dalam diri Kartini yang
berkeinginan jauh sebelum bisa mendapatkan akses kepada buku-buku dan
artikel-artikel tentang modernitas.
Artinya bahwa Kartini melihat untuk merdeka juga bisa dating dari
seorang perempuan Indonesia, ketika perempuan itu tertindas. Tuntutan itu
universal, bisa dating dari semua bangsa di muka bumi. Dan ini semua hanya
dikemukakan oleh orang di tepian yang identitasnya tidak dikurung dalam sesuatu
yang partikular. (ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar