Alunan dzikir dan tetabuhan
rebana menggema serta tiga buah sundung sebagai pembatas dan obor pengontrol
alur, pertanda topeng blantek siap disuguhkan kepada para penikmat pada suatu
acara dipinggir setubabakan. Tanpa basa-basi muncul Si Jantuk pembuka lakon
dengan vokal yang lantang dan jelas diiringi tetabuhan rebana, sangat enerjik
menceritakan kisah yang akan dimainkan dengan lakon berjudul “Juragan Baud”.
Kesan yang tertangkap di dalam pertunjukan tersebut adalah kekuatan “panjak”
yang sarat pengalaman dalam melakonkan peran teater tradisional Betawi “topeng
blantek”. Dimana kekuatan improvisasi terasa sangat kental dan menjadi modal
dasar yang dimiliki setiap “panjak” dalam penokohan sebuah cerita lakon topeng
blantek. Melangkah dari sebuah cerita lakon sederhana yang dikemas secara apik
dan menarik. Konflik dibangun pada alur dan plot cerita lakon benar-benar
menggugah selera para penikmat untuk turut serta dalam pertunjukan yang sedang
berlangsung. Demikianlah cirri khas pertunjukan teater tradisional Betawi
topeng blantek, sehingga pesan dan kesan berjalan menembus ruang dan waktu,
sehingga begitu menyatu dan akrab antara panjak dan penikmat. (ziz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar