Kamis, 17 Oktober 2013

Apresiasi Seni Budaya Topeng Blantek


Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi yang kini hampir tidak dikenal masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat Betawi yang mengetahui teater rakyat Topeng Blantek. Banyak pula artikel dan pendapat-pendapat yang berbeda tentang Topeng Blantek, bahkan berbeda pendapat tentang definisi dan sejarah singkat Topeng Blantek. Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari To dan Peng. To artinya sandi dan Peng artinya wara. Maka Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan untuk kata Blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengiringinya. Yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi, ‘blang-blang tek-tek’. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya saja dalam penyebutan, maka muncullah istilah Blantek. Pendapat lainnya mengatakan, asal nama Blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtext yang berarti buta naskah.

Marhasan, tokoh pelestari Topeng Blantek Pangker Group Semanan, Jakarta Barat mengatakan bahwa permainan Blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar dari cerita yang akan dimainkan” (http://www.beritajakarta.com, 2008.2-2-2012).

Menurut Achmad Syarozi seorang putra Betawi bahwa pada mulanya Topeng Blantek berasal dari budaya tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan teater rakyat Betawi yang menggunakan Tari Topeng atau tari Kedok Topeng yang di dalamnya terdapat lawakan dari para penari Topeng dan pemain Topeng Betawi. Bercerita tentang kritik sosial dengan lawakan Betawi. Disebut Topeng karena pada mulanya Topeng diperagakan oleh penari Topeng Betawi yang menggunakan Topeng. Pada saat itu penari Topeng Betawi sering kali melanjutkan aksinya setelah menari Topeng, sang penari membanyol dan berdialog dengan Panjak untuk menghibur penonton yang akhirnya menjadi sebuah pertunjukan drama Topeng Betawi. Sedangkan Blantek berasal dari anak pengembala yang memainkan musik dari suara perabotan rumah tangga yang dipukul, seperti panci dan perabotan lainnya, kemudian seiring berkembangnya zaman menggunakan alat musik rebana, gamelan, dan alat musik Betawi lainnya sambil melawak kepada penonton dan Panjak. Percampuran dan urbanisasi dari satu daerah ke daerah Iainnya, maka lahirlah Topeng Blantek, yaitu perpaduan antara Topeng Betawi dan Blantek” (1-3-2012).

Namun menurut Nasir Mupid seniman Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena Pesanggrahan, Jakarta Selatan bahwa Topeng Blantek merupakan induk dari teater rakyat Betawi, karena Topeng Blantek memiliki apresiasi seni yang terdapat di teater rakyat Betawi lainnya. Misalnya seni tari, seni musik, dan drama. Asal mula Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di jajaran wilayah Jakarta di mana terdapat suku Betawi. Para pedagang tersebut yang memperjualkan dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-kata). 

Dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian menjadi sebuah pertunjukan. Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan berasal dan kalangan ahli agama Islam yang akhirnya mempergunakan Topeng Blantek sebagai penyebaran agama Islam dan dakwah-dakwah kepada masyarakat” (2-2-20 12).

“Pada tahun 1972 Topeng Blantek mulai berkembang melalui Festival Topeng Blantek di Jakarta yang diadakan oleh Pemda DKI Jakarta, kemudian Festival Topeng Blantek diadakan kembali pada tahun 1993. Festival dimaksudkan untuk meregenerasi, memberi dorongan moriil, memotivasi untuk berkreasi, dan memperluas penyebaran Topeng Blantek. Tokoh yang mengembangkan Topeng Blantek yaitu almarhum Ras Barkah”, Ungkap Nasir Mupid (10-2-20 12).

“Topeng Blantek kurang mendapat perhatian dari Pemprov DKI Jakarta, sehingga mengakibatkan masyarakatnya kurang mengenal Topeng Blantek. Hanya Lenong yang sering kali ditonton oleh masyarakat Jakarta, sehingga pertunjukan-pertunjukan teater rakyat Betawi lainnya tetap dikenal dan disebut Lenong oleh masyarakat” (10-2-20 12).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar