Seni budaya
tradisional merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan seni
budaya Topeng Blantek yang menjadi bagian dari masyarakat Betawi dahulu.
Masyarakat Betawi yang cinta terhadap seni budayanya, akan peduli pada kesenian
tradisionalnya. Setiap seni budaya memiliki sejarah, asal usul terbentuknya
budaya tersebut. Sejarah itu juga ada pada asal lahirnya seni budaya Topeng
Blantek. Seni budaya Topeng Blantek yang tercipta dari masyarakat Betawi
terdahulu dan terkandung nilai-nilai didalamnya yang bersifat universal. Seni
budaya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Seni budaya termasuk
kedalam golongan kebudayaan bersifat nilai estetika dan etika. Kesenian dapat
berkembang dan juga dapat menurun bergantung pada masyarakat. Perubahan zaman
yang seharusnya dapat membuat kesenian ini berkembang, akan tetapi tergerus dan
sirna oleh kondisi masyarakat saat ini. Terutama pada kondisi pada masyarakat
Betawi. Seni budaya Topeng Blantek adalah salah satu kesenian yang mengalami
kemerosotan. Namun, sebagian masyarakat yang tergabung dalam seniman dan para
tokoh sangat peduli terhadap seni budaya Topeng Blantek. Oleh karena itu,
keeksistensian seni budaya Topeng Blantek tetap ada melalui pertunjukan atau
pementasan yang ditampilkan dari para seniman, walaupun hal itu jumlahnya
sangat sedikit. Seni budaya Topeng Blantek
memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat Betawi. Pada saat awal dibentuknya
seni budaya Topeng Blantek ini merupakan hiburan yang diminati masyarakat pada
saat itu. Walaupun, pada sekarang ini seni budaya Topeng Blantek mengalami
kemunduran. Kebertahanan Topeng Blantek di Jakarta salah satunya dipengaruhi
oleh adanya sanggar seni budaya Betawi yang berlandaskan pada kesenian
tradisional Topeng Blantek. Peran sanggar juga sangat terkait dengan pemiliknya
yang merupakan seniman Betawi. Seniman Betawi merupakan pelopor penggerak
pelestarian terhadap seni budaya. Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan
didukung oleh faktor lain. Seni budaya Topeng Blantek merupakan produk
masyarakat Betawi dan sekaligus menjadi media sosial Betawi. Seni budaya Topeng
Blantek sebagai media sosial masyarakat Betawi dirasakan meIalui sebuah
pertunjukan.
Kamis, 17 Oktober 2013
Apresiasi Seni Budaya Topeng Blantek
Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi yang kini hampir tidak dikenal masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat Betawi yang mengetahui teater rakyat Topeng Blantek. Banyak pula artikel dan pendapat-pendapat yang berbeda tentang Topeng Blantek, bahkan berbeda pendapat tentang definisi dan sejarah singkat Topeng Blantek. Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari To dan Peng. To artinya sandi dan Peng artinya wara. Maka Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan untuk kata Blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengiringinya. Yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi, ‘blang-blang tek-tek’. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya saja dalam penyebutan, maka muncullah istilah Blantek. Pendapat lainnya mengatakan, asal nama Blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtext yang berarti buta naskah.
Marhasan, tokoh pelestari Topeng Blantek Pangker Group
Semanan, Jakarta Barat mengatakan bahwa permainan Blantek dahulu kala tidak
memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar dari
cerita yang akan dimainkan” (http://www.beritajakarta.com, 2008.2-2-2012).
Menurut Achmad Syarozi seorang putra Betawi bahwa pada
mulanya Topeng Blantek berasal dari budaya tradisi Betawi Topeng dan Blantek.
Topeng merupakan teater rakyat Betawi yang menggunakan Tari Topeng atau tari
Kedok Topeng yang di dalamnya terdapat lawakan dari para penari Topeng dan
pemain Topeng Betawi. Bercerita tentang kritik sosial dengan lawakan Betawi. Disebut
Topeng karena pada mulanya Topeng diperagakan oleh penari Topeng Betawi yang
menggunakan Topeng. Pada saat itu penari Topeng Betawi sering kali melanjutkan
aksinya setelah menari Topeng, sang penari membanyol dan berdialog dengan
Panjak untuk menghibur penonton yang akhirnya menjadi sebuah pertunjukan drama
Topeng Betawi. Sedangkan Blantek berasal dari anak pengembala yang memainkan
musik dari suara perabotan rumah tangga yang dipukul, seperti panci dan
perabotan lainnya, kemudian seiring berkembangnya zaman menggunakan alat musik
rebana, gamelan, dan alat musik Betawi lainnya sambil melawak kepada penonton
dan Panjak. Percampuran dan urbanisasi dari satu daerah ke daerah Iainnya, maka
lahirlah Topeng Blantek, yaitu perpaduan antara Topeng Betawi dan Blantek”
(1-3-2012).
Namun menurut Nasir Mupid seniman Topeng Blantek Fajar
Ibnu Sena Pesanggrahan, Jakarta Selatan bahwa Topeng Blantek merupakan induk dari
teater rakyat Betawi, karena Topeng Blantek memiliki apresiasi seni yang
terdapat di teater rakyat Betawi lainnya. Misalnya seni tari, seni musik, dan
drama. Asal mula Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para
pedagang di jajaran wilayah Jakarta di mana terdapat suku Betawi. Para pedagang
tersebut yang memperjualkan dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-kata).
Dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian menjadi
sebuah pertunjukan. Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan berasal dan kalangan
ahli agama Islam yang akhirnya mempergunakan Topeng Blantek sebagai penyebaran
agama Islam dan dakwah-dakwah kepada masyarakat” (2-2-20 12).
“Pada tahun 1972 Topeng Blantek mulai berkembang melalui Festival
Topeng Blantek di Jakarta yang diadakan oleh Pemda DKI Jakarta, kemudian Festival
Topeng Blantek diadakan kembali pada tahun 1993. Festival dimaksudkan untuk
meregenerasi, memberi dorongan moriil, memotivasi untuk berkreasi, dan
memperluas penyebaran Topeng Blantek. Tokoh yang mengembangkan Topeng Blantek
yaitu almarhum Ras Barkah”, Ungkap Nasir Mupid (10-2-20 12).
“Topeng Blantek kurang mendapat perhatian dari Pemprov DKI
Jakarta, sehingga mengakibatkan masyarakatnya kurang mengenal Topeng Blantek. Hanya
Lenong yang sering kali ditonton oleh masyarakat Jakarta, sehingga
pertunjukan-pertunjukan teater rakyat Betawi lainnya tetap dikenal dan disebut
Lenong oleh masyarakat” (10-2-20 12).
Rabu, 16 Oktober 2013
Pelestarian Budaya Betawi Terus Digalakkan
Sangat mungkin apa
keprihatinan terhadap nasib seni budaya Betawi, sedikit demi sedikit akan mulai
pupus. Karena sekecil apapun Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan DKI
Jakarta terus menggalakkan pembinaan, pelestarian dan pengembangan seni budaya
Betawi. Hal tersebut coba terus diangkat karena seni budaya Betawi mempunyai
ciri khas tersendiri dan sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk terus
diwujudkan. Karena apa? Karena seni budaya Betawi adalah termasuk salah satu
asset seni budaya nasional yang wajib dilestarikan dan dikembangkan, tentunya
lebih dikemas dengan baik dan menarik. Karena terlihat sekarang semakin begitu
derasnya arus gelombang seni budaya global yang masuk membius dan merasuki ke
sumsum masyarakat Jakarta, terutama kepada generasi muda Jakarta. Oleh karena
itu, harus adanya konsentrasi yang konsisten dan serius terhadap hal ini,
sehingga dapat menjadikan seni budaya Betawi sejajar dengan seni budaya global
serta tidak tergerus oleh zaman yang semakin bersifat “instan”. (ziz)
Setu Babakan Asset Budaya Bangsa
Setu Babakan merupakan
warisan seni budaya masyarakat Betawi, maka sudah sepantas dan sewajarnyalah
menjadi salah satu fokus utama pembangunan yang teragendakan oleh Pemprov DKI
Jakarta. Jadikanlah Setu Babakan sebagai bukti konkrit kebijakan Pemprov DKI Jakarta
yang “berpihak”, maka pemerintah (dalam hal ini Gubernur Prov DKI Jakarta)
untuk bertanggung jawab dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya
masyarakat Betawi, melalui kebijakan-kebijakan yang “berpihak” dan hasilnya
betul-betul langsung dapat dirasakan masyarakat. Setu Babakan merupakan asset budaya
masyarakat Betawi yang patut dibanggakan, bukan sekedar sebagai tempat mancing,
plesiran dan hamparan air. Sangatlah wajar, bila Setu Babakan menjadi skala
prioritas kebijakan pembangunan Gubernur Prov DKI Jakarta untuk menjadikan Setu
Babakan sebagai wilayah budaya masyarakat Betawi dan betul-betul Setu Babakan
sebagai pusat budaya masyarakat Jakarta yang tetap lestari dan terus
berkembang. (ziz)
Improvisasi Modal Dasar Panjak Topeng Blantek
Alunan dzikir dan tetabuhan
rebana menggema serta tiga buah sundung sebagai pembatas dan obor pengontrol
alur, pertanda topeng blantek siap disuguhkan kepada para penikmat pada suatu
acara dipinggir setubabakan. Tanpa basa-basi muncul Si Jantuk pembuka lakon
dengan vokal yang lantang dan jelas diiringi tetabuhan rebana, sangat enerjik
menceritakan kisah yang akan dimainkan dengan lakon berjudul “Juragan Baud”.
Kesan yang tertangkap di dalam pertunjukan tersebut adalah kekuatan “panjak”
yang sarat pengalaman dalam melakonkan peran teater tradisional Betawi “topeng
blantek”. Dimana kekuatan improvisasi terasa sangat kental dan menjadi modal
dasar yang dimiliki setiap “panjak” dalam penokohan sebuah cerita lakon topeng
blantek. Melangkah dari sebuah cerita lakon sederhana yang dikemas secara apik
dan menarik. Konflik dibangun pada alur dan plot cerita lakon benar-benar
menggugah selera para penikmat untuk turut serta dalam pertunjukan yang sedang
berlangsung. Demikianlah cirri khas pertunjukan teater tradisional Betawi
topeng blantek, sehingga pesan dan kesan berjalan menembus ruang dan waktu,
sehingga begitu menyatu dan akrab antara panjak dan penikmat. (ziz)
Seniman Topeng Blantek Tetap Eksis
Tidak ada tanda-tanda lelah
pada diri para seniman topeng blantek dalam memperjuangkan eksistensi seni
budaya topeng blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan
topeng blantek di Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun
1980-an sedang giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan
Kesenian di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai
menggemari dan terus menekuni seni budaya topeng blantek yang merupakan salah
satu jenis teater tradisional betawi. Namun, di awal tahun 2000-an seni budaya
topeng blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu diharapkan
perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat
untuk sama-sama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni
budaya topeng blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil
dalam beberapa tahun ke depan seni budaya topeng blantek akan tinggal kenangan.
Kekurangan dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek
dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang memadai. Bahkan, walau kini
telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun bertebaran di
Jakarta, topeng blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan mempertunjukan
kreasinya. Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman topeng blantek
sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya
pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka
dapat membiayai keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya
sendiri seni budaya topeng blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya
seni budaya pop yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jakarta. (ziz)
Langganan:
Postingan (Atom)